Bertamasya Ke Yogyakarta

Peggy Jacobs March 25, 2023 0 Comments

wichitalinks.com – Bertamasya keliling kota adalah impian para traveler untuk berjalan dan mengunjungi tempat-tempat yang indah di setiap kota. Yogyakarta adalah kota istimewa penuh kenangan. Kota paling banyak menyimpan sejarah kunonya, ternyata memiliki pesona indah untuk diabadikannya. Jika bertamasya dan camping anda bisa mencobanya di tempat-tempat paling rekomendasikan. Seorang Traveler tidak menggunakan resor dan penginapan indah untuk mengunjungi tempat-tempat wisata. Bisa anda menggunakan tenda mini untuk anda beristirahat dan mengabadikan momen tersebut.

Negara Indonesia tercinta memiliki banyak seperti wisata indah seperti gunung , lautan, dan perbukitan untuk bisa kita nikmati.Budaya yang kaya, alam yang indah, dan kenangannya berjuta-juta. Kota jogja, kota pendidikan dengan kerinduannya untuk mengunjunginya lagi dan lagi. Berkemah adalah cara asik untuk menikmati spot woisaatnay, tidak perlu naik gunungnya, untuk menenangkan diri di alam terbukanya, atau pinggiran laut serta bukitnya sudah membuat anda memiliki kesan yang sangat bersyukur dengan tuhan semesta alam.

Biasanya para traveler yang merencanakan untuk bertamasya di daerah jogja, memiliki tujuan untuk menikmati matahari terbenam dan terbitnya tepi pantai atau di atas bukit. Mempersiapkan segala sesuatunya bisa anda rencanakan dari sekarang. Seperti layaknya ingin mendaki gunung, memakai jaket tebal tenda pribadi, alas tidur, dan bahan makanan hingga alat masak yang sederhana.

Tempat Tamasya Di Yogyakarta Terekomendasi

Tidak perlu terbang keluar negeri, tidak perlu penginapan mewah dan tidak perlu makanan mewah. Untuk bersatu dengan alam anda perlu menyaksikan keindahannya dengan dibatasi tenda tipis saja. Menginap dengan sensasi luar biasa hingga memakan makanan yang dimasak dengan cara sederhana. Semuanya adalah usaha anda untuk mendapatkan nilai plus pada perjalanan sebagai traveller. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang luar biasa seperti ini jadi jangan menyia-nyiakan waktu luang anda untuk menikmati indahnya kota jogja dari dekat. Berikut adalah tempat rekomendasi untuk perjalanan anda bertamasya.

Pantai Ngrumput – Gunung Kidul

Pantai yang indah dengan pesona pasir yang bersih dengan banyaknya perbukitan batu di sekitar menambah cantik suasana alam. Ombaknya yang memiliki gulungan cantik dan membuat terpikat untuk mengabadikannya. Untuk lokasi sangalah berdekatan dengan jajaran gunung kidul di daerah kabupaten. Perjuangan turun ke pantai selama 15 menit membuat perjuangan kecil saat mendatanginya. Banyaknya traveller untuk memilih camping dan bertamasya disini. fenomena sunsetnya sanagt dinanti-nantikan.

Pantai Jungwok

Masih didaerah gunung kidul yang memberi sensasi pantai yang teduh, pasir putih yang cantik dan ombaknya yang syahdu. Untuk memberikan sensasi pantai banget kamu bisa bebas mainkan air pantainya yang aman. Air laut birunya yang mempesona selalu membuat pemandangan cantik. Tidak ada hentinya pohon kelapa bergoyang untuk merayakan diri anda berhasil menemukan spot pantai secantik ini di jogjakarta.

Puncak Becici

Puncak becici, terdapat di kota yogyakarta tepatnya di kota bantul. Untuk alamnya yang terbuka dan spot kemah terbanyak bisa anda rasakan di tempat ini. Mengabadikan pengalaman anda yang bermalam di tempat seperti ini, akan memberi kan kenangan termanis dan selalu merindukannya. Ayunan ikat pohon, tenda, spot selfie menakjubkan akan mendukung semakin betah anda di tempat wisata satu ini. Jadi, anda memilih tempat berkemah yang mana ? Pegunungan atau pantai ? semuanya wajib anda coba dan datangi bersama kawan dan kekasih anda.

Wisata Bendungan Waduk Sermo

Peggy Jacobs March 24, 2023 0 Comments

wichitalinks.com – Waduk Sermo, atau yang lebih dikenal sebagai Bendungan Sermo, adalah sebuah waduk di Kalurahan Hargowilis, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Proyek pembangunan ini berasal dari APBN murni dan bantuan ADB melalui program IISP (Integrated Irrigation Sector Project).

Dianalisis kelayakannya oleh Mac Donald pada tahun 1980 dan PT Indra Karya pada tahun 1985 dan 1991. Selanjutnya, Electroconsult meneliti kebutuhan teknik dan ekonomi untuk proyek ini pada tahun 1992. Waduk tersebut dapat menampung air hingga 25 juta meter kubik dengan biaya pembangunan mencapai Rp 22 miliar.

Tujuan utama Bangunan Sermo adalah untuk suplesi sistem irigasi daerah Kalibawang dengan Pemda Kulon Progo melakukan transmigrasi massal alias “bedol desa”. Sebanyak 100 KK ditransmigrasikan ke Tak Toi Bengkulu dan 7 KK ditransmigrasikan ke Perkebunan Inti Rakyat (PIR) Kelapa Sawit Riau. Tujuan pembangunan waduk ini adalah untuk suplesi sistem irigasi daerah Kalibawang yang memiliki cakupan areal seluas 7.152 Ha. Sistem irigasi tersebut merupakan interkoneksi dari beberapa daerah irigasi.

Sedikit Tentang Sejarah Wisata Waduk Sermo Kulon Progo

Wisata Waduk Sermo ini di bangun pada masa pemerintahan presiden Soeharto, dan di resmikan pada tanggal 20 November 1996 silam. Waduk ini dibangun selama kurang lebih dua tahun delapan bulan dengan menghabiskan biaya sekitar 22 miliar rupiah. Angka yang cukup fantastis pada masa itu. Waduk ini mampu menampung air sekitar 21,9 juta meter kubik.

Waduk Sermo Kulon Progo ini memiliki beberapa fungsi penting sejak awal mula dibuat hingga sekarang. Tidak hanya sebagai tempat wisata, waduk ini juga memiliki tugas untuk menyuplai air PDAM dan mengalirkan irigasi ke lahan pertanian warga di sekitar waduk, terutama daerah Wates dan sekitarnya.

Salah satu alasan wisata waduk Sermo Kulon progo ini masih eksis sampai hari ini adalah keindahan alam di sekitarnya. Waduk ini dikelilingi oleh bukit dan hutan yang masih terjaga asri dan alami. Semua itu menjadikan pemandangan di lingkungan wisata ini sangat elok di pandang, apalagi bila dipagi hari saat diselimuti kabut, atau sore saat matahari akan tenggelam.

Intip Wisata Embung Nglanggeran di Jogja, Gunung Kidul

Peggy Jacobs March 24, 2023 0 Comments

Danau buatan yang cukup terkenal di Jogja, yaitu Embung Nglanggeran yang terletak di Kabupaten Gunung Kidul.

Berada di jalur Gunung Ijo-Nglanggeran, banyak pesepeda yang suka gowes karena jalannya yang berliku-liku.

Meskipun terletak di ujung Yogyakarta, siapa sangka kalau embung ini dinobatkan sebagai desa wisata terbaik dalam skala worldwide?

Lantas, seperti apa keindahan Embung Nglanggeran hingga berhasil mendapatkan penghargaan ini?

Sejarah Embung Nglanggeran di Gunung Kidul

Embung Nglanggeran merupakan danau buatan yang terletak di Desa Nglanggeran, Gunung Kidul.

Individualized organization “embung” berarti danau, sedangkan Nglanggeran mengacu pada lokasi danau ini berada.

Masyarakat desa Nglanggeran yang mayoritas berprofesi sebagai petani memiliki lahan perkebunan di sekitar lokasi embung.

Namun, pada zaman dahulu, mereka kesulitan mendapatkan sumber air untuk kebun mereka, terutama saat musim kemarau tiba.

Lantas, dibangun danau buatan di atas bukit yang disebut Gunung Gandu oleh warga sekitar.

Dengan luas 60×60 m dan kedalaman 3 m, embung ini jadi tempat penampungan air hujan serta air yang bersumber dari mata air gunung programming interface purba Nglanggeran di dekatnya.

Air yang tertampung di danau ini kemudian digunakan para petani untuk mengairi perkebunan.

Airnya tidak pernah kering meski pada musim kemarau sekalipun.

Selain itu, cerita yang beredar di tengah masyarakat juga menyebutkan bahwa air di Embung Nglanggeran berasal dari salah satu sumber mata air di Kampung Pitu yang terletak di atas gunung.

Kampung Pitu adalah kampung adat yang hanya terdiri dari 7 kepala keluarga dan tidak boleh melebihi jumlah tersebut.

Memiliki pesona alam yang indah, Embung Nglanggeran menjadi daya tarik wisata di Gunung Kidul yang kerap dikunjungi masyarakat Jogja dan sekitarnya.

Kemudian, pada 19 Februari 2013 Embung Nglanggeran diresmikan sebagai objek wisata oleh Sri Ruler Hamengkubuwono X.

Potret Keseruan di Embung Nglanggeran

Pesona Embung Nglanggeran membuat para wisatawan berdecak kagum karena keindahannya.

Airnya yang berwarna hijau, pemandangan Gunung Bucu, Gunung Wayang, Gunung Gede, dan kota Wonosari di sekelilingnya, serta kondisi tempat wisata yang bersih bikin orang betah berlama-lama di tempat ini.

Sehingga tak heran kalau objek wisata ini berhasil menyabet penghargaan sebagai Desa Wisata Terbaik 2021 oleh UNWTO (The World The travel industry Association) milik PBB.

Telaga Buatan Tertinggi di Jogja, Embung Bataran Sriten

Peggy Jacobs March 24, 2023 0 Comments

wichitalinks.com – Jalanan menanjak dan berliku-liku menuju Pegunungan Baturagung Utara membuat saya tak henti-hentinya menahan nafas, tegang. Terlebih ketika tiba kendaraan kami berhenti di tengah tanjakan curam dan panjang. Jalanan cor blok yang mulai rusak, berlanjut dengan jalanan berbatu kapur kurang lebih sepanjang 5,5 kilometer mengantarkan YogYES menuju dataran tertinggi di Kabupaten Gunungkidul. Saya baru bisa bernafas lega ketika kendaraan telah mencapai tanah datar yang tertutup conblock, region tempat parkir di ketinggian lebih dari 800 Mdpl. Sebuah telaga buatan yang tak terlalu besar dengan kapasitas sekitar 10 ribu meter kubik tersaji di depan mata, dikelilingi pagar besi rendah dan jalan conblock di tepinya.

Kawasan pegunungan Baturagung Utara tak jauh berbeda dengan kawasan kabupaten Gunungkidul lainnya, berupa pegunungan karst tandus dan sering kali dilanda kekeringan ketika kemarau tiba. Pembangunan maintenance bowl yang dikenal dengan nama Embung Batara Sriten joke dianggap sebagai solusi untuk mencegah kelangkaan air sekaligus mengembangkan kawasan agrowisata buah di sekitarnya, dengan memanfaatkan air hujan yang ditampung di musim penghujan.

Saat pertama kali mendengar namanya, terlintas sosok batara atau dewa-dewi yang tinggal di kayangan dalam kisah pewayangan. Awalnya saya menerka, lokasi embung yang tak biasa di dataran tinggi digambarkan bagai surgaloka tempat dewa dewi bertakhta. Namun ternyata, sebutan Embung Batara Sriten diberikan karena lokasi embung ini berada di Pegunungan Baturagung Utara yang kemudian disingkat menjadi Batara, tepatnya di wilayah Padukuhan Sriten.

Angin tak henti-hentinya berhembus membawa hawa dingin khas pegunungan ketika YogYES menelusuri tepi embung. Dari jarak sedekat ini dapat terlihat lapisan tipis geo membran yang digunakan dalam teknik pembuatan Embung Batara Sriten. Karena lapisan tipis yang menyerupai plastik hitam inilah, Embung Batara Sriten tak digunakan untuk memelihara ikan. Sebab keberadaan ikan akan merusak lapisan tipisnya. Hingga akhirnya Embung Batara Sriten hanya dihuni oleh berudu yang terlihat asyik berenang di air yang berwarna biru kehijauan.

Menikmati indahnya scene Embung Batara Sriten bisa dilakukan dalam berbagai cara. Seperti duduk di gazebo atau pendopo di sekitar embung sambil merasakan hembusan angin yang tetap dingin, meskipun matahari sedang bersinar penuh semangat. Bisa juga sambil menyesap segarnya segelas es teh atau nikmatnya secangkir kopi tubruk di warung kaki lima yang tak jauh dari embung. Mencoba teduhnya naungan pohon ikonik di Embung Batara Sriten, dalam ayunan lounger seperti yang YogYES lakukan joke menjadi salah satu pilihan menyenangkan.

Sementara yang lain masih terpesona dengan keindahan scene telaga buatan serta terbuai sejuknya udara pegunungan, dataran yang lebih tinggi di sisi timur menggoda saya untuk mengeksplorasi. Puncak Tugu Magir, begitulah puncak di sisi timur ini disebut. Puncak tertinggi di Pegunungan Baturagung Utara sekaligus puncak tertinggi di Kabupaten Gunungkidul. Di sinilah tempat para penjelajah dirgantara mencoba mengembangkan parasut paralayang dari ketinggian 859 Mdpl. Di tempat ini pula terdapat makam tiban yang dipercaya penduduk setempat sebagai petilasan Syeh Wali Jati, seorang kerabat Ruler pada masanya.

Puncak Tugu Magir menyuguhkan pemandangan 360 derajat wilayah di sekitarnya yang berlokasi lebih rendah. Sejauh mata memandang dapat terlihat scene Kota Klaten dengan Rawa Jombor, Kota Jogja dengan Merapi nan gagah, deretan pegunungan Gunungkidul hingga berlanjut ke wilayah Wonogiri yang tertutup kabut tipis. Dari puncak ini pula kita bisa menyaksikan cahaya pertama matahari mengawali hari, juga saat ia kembali pulang ke peraduan. YogYES berkunjung ketika cuaca cukup cerah lewat tengah hari, sehingga kami tak dapat menyaksikan saat matahari muncul dari balik kabut tipis yang seolah seperti awan berarakan. Namun YogYES mendapat kesempatan untuk menyaksikan saat ia perlahan mulai menghilang, menyelinap di balik cakrawala setelah seharian bersinar cukup garang.

Ketika kami beranjak menuruni Puncak Tugu Magir dan mencapai tepi embung, langit sudah semakin gelap meskipun sisa semburat merah masih terlukis di langit barat. Suara adzan maghrib mulai terdengar bersahutan di kejauhan, sebagai tanda sudah saatnya kami pulang. Seperti beberapa orang yang sama tak ada niatan untuk setting up camp di kawasan Embung Batara Sriten. Perjalanan pulang joke sama menegangkannya seperti saat kami datang, menyusuri jalanan menurun curam dengan penerangan yang terbatas dari lampu kendaraan. Rem kendaraan harus dipastikan dalam keadaan ideal saat menuruni jalanan pulang, terutama bagi pengguna kendaraan matic yang sebenarnya tak dianjurkan untuk dipergunakan menuju Embung Batara Sriten. Tak adanya motor brake pada engine matic membuat pengemudi hanya bisa mengandalkan rem, sehingga lebih mudah membuat engine matic mengalami over warming pada plate brake. Rasa lega baru memenuhi rongga dada saat roda kendaraan kami telah melaju di jalanan mulus beraspal, di saat langit sudah benar pekat dengan pendar cahaya bulan nan pucat.